Kronologi letusan
Gunung Tambora mengalami ketidakaktifan selama beberapa abad sebelum tahun 1815, dikenal dengan nama gunung berapi "tidur", yang merupakan hasil dari pendinginan hydrous magma di dalam dapur magma yang tertutup. Pada tahun 1812, kaldera gunung Tambora mulai bergemuruh dan menghasilkan awan hitam. Pada tanggal 5 April 1815, 3 tahun sejak suara gemuruh dan awan hitam, erupsi terjadi, diikuti dengan suara guruh yang terdengar di Makassar, Sulawesi (380 km dari gunung Tambora), Batavia (kini Jakarta) di pulau Jawa (1.260 km dari gunung Tambora), dan Ternate di Maluku (1400 km dari gunung Tambora). Suara guruh ini terdengar sampai ke pulau Sumatera pada tanggal 10-11 April 1815 (lebih dari 2.600 km dari gunung Tambora) *Bisa dibayangkan bagaimana kuatnya gemuruh pada saat itu, dari Pulau Sumbawa bisa tedengar hingga pulau Sumatra .Pada pagi hari tanggal 6 April 1815, abu vulkanik mulai jatuh di Jawa Timur dengan suara guruh terdengar sampai tanggal 10 April 1815. Pada pukul 7:00 malam tanggal 10 April, letusan gunung ini semakin kuat.[ Tiga lajur api terpancar dan bergabung. Seluruh pegunungan berubah menjadi aliran besar api. Ledakan besar terdengar sampai sore tanggal 11 April * 2 hari mendengar suara seperti itu bisa dibayangkan seperti suasana waktu itu. Abu menyebar sampai Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.Letusan tersebut masuk dalam skala tujuh pada skala Volcanic Explosivity Index. Letusan ini empat kali lebih kuat daripada letusan gunung Krakatau tahun 1883. Hal ini meninggalkan kaldera dengan ukuran 6-7 km dan kedalaman 600-700 m. Massa jenis abu yang jatuh di Makassar sebesar 636 kg/m². Sebelum letusan, gunung Tambora memiliki ketinggian kira-kira 4.300 m, salah satu puncak tertinggi di Indonesia. Setelah letusan, tinggi gunung ini hanya setinggi 2.851 m * Kaldera hancur sekitar 37%
Letusan Tambora tahun 1815 adalah letusan terbesar di sejarah.Letusan gunung ini terdengar sejauh 2.600 km, dan abu jatuh setidaknya sejauh 1.300 km. Kegelapan terlihat sejauh 600 km dari puncak gunung selama lebih dari dua hari. Aliran piroklastik menyebar setidaknya 20 km dari puncak.
Bisa dibayangkan Gan bagaimana "seru"nya sensasi waktu itu ..bayangan kiamat kecil sudah pasti terbersit di benak gw kalau gw berada di posisi seperti itu, ledakan dari Sumbawa terdengar hingga Sumatra. Dentuman dari tanggal 10 s/d 11 April non stop terdengar ..Subhanallah
Gunung Tambora mengalami ketidakaktifan selama beberapa abad sebelum tahun 1815, dikenal dengan nama gunung berapi "tidur", yang merupakan hasil dari pendinginan hydrous magma di dalam dapur magma yang tertutup. Pada tahun 1812, kaldera gunung Tambora mulai bergemuruh dan menghasilkan awan hitam. Pada tanggal 5 April 1815, 3 tahun sejak suara gemuruh dan awan hitam, erupsi terjadi, diikuti dengan suara guruh yang terdengar di Makassar, Sulawesi (380 km dari gunung Tambora), Batavia (kini Jakarta) di pulau Jawa (1.260 km dari gunung Tambora), dan Ternate di Maluku (1400 km dari gunung Tambora). Suara guruh ini terdengar sampai ke pulau Sumatera pada tanggal 10-11 April 1815 (lebih dari 2.600 km dari gunung Tambora) *Bisa dibayangkan bagaimana kuatnya gemuruh pada saat itu, dari Pulau Sumbawa bisa tedengar hingga pulau Sumatra .Pada pagi hari tanggal 6 April 1815, abu vulkanik mulai jatuh di Jawa Timur dengan suara guruh terdengar sampai tanggal 10 April 1815. Pada pukul 7:00 malam tanggal 10 April, letusan gunung ini semakin kuat.[ Tiga lajur api terpancar dan bergabung. Seluruh pegunungan berubah menjadi aliran besar api. Ledakan besar terdengar sampai sore tanggal 11 April * 2 hari mendengar suara seperti itu bisa dibayangkan seperti suasana waktu itu. Abu menyebar sampai Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.Letusan tersebut masuk dalam skala tujuh pada skala Volcanic Explosivity Index. Letusan ini empat kali lebih kuat daripada letusan gunung Krakatau tahun 1883. Hal ini meninggalkan kaldera dengan ukuran 6-7 km dan kedalaman 600-700 m. Massa jenis abu yang jatuh di Makassar sebesar 636 kg/m². Sebelum letusan, gunung Tambora memiliki ketinggian kira-kira 4.300 m, salah satu puncak tertinggi di Indonesia. Setelah letusan, tinggi gunung ini hanya setinggi 2.851 m * Kaldera hancur sekitar 37%
Letusan Tambora tahun 1815 adalah letusan terbesar di sejarah.Letusan gunung ini terdengar sejauh 2.600 km, dan abu jatuh setidaknya sejauh 1.300 km. Kegelapan terlihat sejauh 600 km dari puncak gunung selama lebih dari dua hari. Aliran piroklastik menyebar setidaknya 20 km dari puncak.
Bisa dibayangkan Gan bagaimana "seru"nya sensasi waktu itu ..bayangan kiamat kecil sudah pasti terbersit di benak gw kalau gw berada di posisi seperti itu, ledakan dari Sumbawa terdengar hingga Sumatra. Dentuman dari tanggal 10 s/d 11 April non stop terdengar ..Subhanallah
Letusan | Tahun | Tinggi asap (km) | VEI | Perubahan musim panas Belahan bumi utara (°C) | Kematian |
---|---|---|---|---|---|
Taupo | 181 | 51 | 7 | ? | tidak diketahui |
Baekdu | 969 | 25 | 6–7 | ? | ? |
Kuwae | 1452 | ? | 6 | −0,5 | ? |
Huaynaputina | 1600 | 46 | 6 | −0,8 | ≈1400 |
Tambora | 1815 | 43 | 7 | −0,5 | > 71.000 |
Krakatau | 1883 | 25 | 6 | −0,3 | 36.600 |
Santamaría | 1902 | 34 | 6 | tidak terdapat perubahan | 7.000-13.000 |
Katmai | 1912 | 32 | 6 | −0,4 | 2 |
Gunung St. Helens | 1980 | 19 | 5 | tidak terdapat perubahan | 57 |
El Chichón | 1982 | 32 | 4–5 | ? | > 2.000 |
Nevado del Ruiz | 1985 | 27 | 3 | tidak terdapat perubahan | 23.000 |
Pinatubo | 1991 | 34 | 6 | −0,5 | 1202 |
Sumber: Oppenheimer (2003),[4] dan Smithsonian Global Volcanism Program untuk VEI.[22] |
Setelah letusan yang besar itu. Semua tumbuh-tumbuhan di pulau hancur. Pohon yang tumbang, bercampur dengan abu batu apung masuk ke laut dan membentuk rakit dengan jarak lintas melebihi 5 km .Rakit batu apung lainnya ditemukan di Samudra Hindia, di dekat Kolkata pada tanggal 1 dan 3 Oktober Awan dengan abu tebal masih menyelimuti puncak pada tanggal 23 April. Ledakan berhenti pada tanggal 15 Juli, walaupun emisi asap masih terlihat pada tanggal 23 Agustus. Api dan gempa susulan dilaporkan terjadi pada bulan Agustus tahun 1819, empat tahun setelah letusan. Tsunami besar menyerang pantai beberapa pulau di Indonesia pada tanggal 10 April, dengan ketinggian di atas 4 m di Sanggar pada pukul 10:00 malam.Tsunami setinggi 1-2 m dilaporkan terjadi di Besuki, Jawa Timur sebelum tengah malam dan tsunami setinggi 2 m terjadi di Maluku. Tinggi asap letusan mencapai stratosfer, dengan ketinggian lebih dari 43 km.Partikel abu jatuh 1 sampai 2 minggu setelah letusan, tetapi terdapat partikel abu yang tetap berada di atmosfer bumi selama beberapa bulan sampai beberapa tahun pada ketinggian 10-30 km. Angin bujur menyebarkan partikel tersebut di sekeliling dunia, membuat terjadinya fenomena. Matahari terbenam yang berwarna dan senja terlihat di London, Inggris antara tanggal 28 Juni dan 2 Juli 1815 dan 3 September dan 7 Oktober 1815. Pancaran cahaya langit senja muncul berwarna orange atau merah di dekat ufuk langit dan ungu atau merah muda di atas. Jumlah perkiraan kematian bervariasi, tergantung dari sumber yang ada.
Letusan gunung Tambora tahun 1815 mengeluarkan sulfur ke stratosfer, menyebabkan penyimpangan iklim global antara lain :
1. Pada musim semi dan musim panas tahun 1816, sebuah kabut kering terlihat di timur laut Amerika Serikat. Kabut tersebut memerahkan dan mengurangi cahaya matahari, seperti bintik Matahari yang dapat terlihat dengan mata telanjang * BUSET . Baik angin atau hujan tidak dapat menghilangkan "kabut" tersebut. "Kabut" tersebut diidentifikasikan sebagai kabut aerosol sulfat stratosfer.
2. Pada musim panas tahun 1816, negara di Belahan Utara menderita karena kondisi cuaca yang berubah, disebut sebagai Tahun Tanpa Musim Panas. Temperatur normal dunia berkurang sekitar 0,4-0,7 °C,[2] cukup untuk menyebabkan permasalahan pertanian di dunia.
3. Pada tanggal 4 Juni 1816, cuaca penuh es dilaporkan di Connecticut, dan dan pada hari berikutnya, hampir seluruh New England digenggam oleh dingin.
4. Pada tanggal 6 Juni 1816, salju turun di Albany, New York, dan Dennysville, Maine.
5. Kondisi serupa muncul untuk setidaknya tiga bulan dan menyebabkan gagal panen di Amerika Utara. Kanada mengalami musim panas yang sangat dingin. Salju setebal 30 cm terhimpun didekat Kota Quebec dari tanggal 6 sampai 10 Juni 1816. 1816 adalah tahun terdingin kedua di Belahan Bumi Utara sejak tahun 1400 Masehi, setelah letusan gunung Huaynaputina di Peru tahun 1600. Tahun 1810-an adalah dekade terdingin dalam rekor sebagai hasil dari letusan Tambora tahun 1815 dan lainnya menduga letusan terjadi antara tahun 1809 dan tahun 1810.
Perubahan temperatur permukaan selama musim panas tahun 1816, 1817 dan tahun 1818 sebesar -0,51, -0,44 dan -0,29 °C, dan juga musim panas yang lebih dingin, bagian dari Eropa mengalami badai salju yang lebih deras. Latar belakang perubahan iklim disalahkan untuk terjadinya wabah tifus di tenggara Eropa dan Laut Tengah bagian timur diantara tahun 1816 dan tahun 1819.Banyak ternak meninggal di New England selama musim dingin tahun 1816-1817. Suhu udara yang dingin dan hujan besar menyebabkan gagal panen di Kepulauan Britania. Keluarga-keluarga di Wales mengungsi dan mengemis untuk makanan. Kelaparan merata di Irlandia utara dan barat daya karena gandum, haver dan kentang mengalami gagal panen.
Krisis terjadi di Jerman, harga makanan naik dengan tajam. Akibat kenaikan harga yang tidak diketahui menyebabkan terjadinya demonstrasi di depan pasar dan toko roti yang diikuti dengan kerusuhan, pembakaran rumah dan perampokan yang terjadi di banyak kota-kota di Eropa. Hal ini adalah kelaparan terburuk yang terjadi pada abad ke-19.
Pada musim panas tahun 1816, negara di Belahan Utara menderita karena kondisi cuaca yang berubah, disebut sebagai Tahun Tanpa Musim Panas